Taman Ganesha: Paru-Paru Kota yang Terlupakan

Ibarat fungsi paru-paru dalam tubuh manusia yang sangat penting, keberadaan suatu taman dalam kota akan memberikan sumbangan terhadap suplai oksigen dan suhu kawasan dalam kota tersebut. Maka, sudah seharusnya, para penghuni kota—termasuk masyarakat bawah, golongan elit, dan pemerintah—bersama-sama mendukung terciptanya taman kota yang terawat. Hanya saja, tidak semua orang memiliki kesadaran yang sama untuk menjaga dan merawat sebuah taman, sehingga masih banyak sekali taman-taman di kota Bandung yang sungguh indah dan apik dari segi estetika dan visualnya, namun tidak bersih dan terjaga dari segi perawatan dan penggunaannya oleh para pengunjung serta pengelola itu sendiri.

Adalah sebuah taman kota yang terletak di Jalan Ganesha 10, persis di depan Kampus Institut Teknologi Bandung. Dari segi ukuran, taman ini tidak begitu luas namun sangat asri karena berbagai tumbuhan yang ada di taman dan sekitarnya. Taman dilengkapi dengan banyak tempat duduk yang dapat digunakan untuk refreshing khususnya di siang hari. Karena lokasinya tidak jauh dari Kebun Binatang Bandung, taman ini sering digunakan oleh para pengunjung kebun binatang untuk beristirahat bersama keluarga sambil menikmati makan siang.

Taman Ganesha, yang dulu dikenal dengan nama Ijzermanpark, didesain dengan gaya Spanyol yang menggunakan aksis dalam perancangan tamannya. Di sekitar taman tumbuh pepohonan yang tinggi yang dihuni oleh beraneka ragam burung. Kawasan Jalan Ganesha memang diperuntukkan bagi konservasi beraneka ragam burung sehingga tidak satu pun burung yang ada diperbolehkan untuk diburu. Di pelataran depan taman ganesha, terdapatlah sebuah sculpture yang dikenal dengan nama Tugu Kubus. Sculpture ini menjadi ciri khas dari taman Ganesha dan kampus ITB yang memiliki makna In Harmonia Progresio. Sebelum orang-orang masuk melalui tangga yang terletak di sebelah kanan dan kirinya, visual mereka akan disambut dahulu oleh keberadaan sculpture ini.

Setelah menikmati penyambutan tersebut, sejumlah anak-anak tangga telah menunggu untuk dilalui oleh para manusia itu. Tangga yang terdapat di kanan dan kiri sculpture itu mengapit sebuah ruang terbuka berbentuk setengah lingkaran yang hanya ditumbuhi oleh rumput dan tanaman semak-semak dengan ketinggian yang cukup rendah. Pada bagian tanah yang miring, dibuatlah sebuah ukiran tanaman semak yang bertulisan “TMN. GANESHA” sebagai tanda pengenal taman tersebut. Di tempat terbuka itu sering diadakan berbagai kegiatan baik formal maupun informal oleh orang-orang yang hanya sekedar mengunjungi ataupun oleh para mahasiswa dari kampus ITB. Dari sekedar aktivitas duduk-duduk, diskusi kelompok, anak-anak bermain, sampai olahraga santai, semuanya ada si sini. Karena keberadaan pohon-pohon tinggi nan rindang di taman Ganesha ini, para pengunjung taman ini dibuat nyaman dengan suhu kawasan yang sejuk.

Penataan lansekap taman Ganesha menggunakan penggabungan antara bentuk linear yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi dan bentuk lingkaran atau setengah lingkaran yang difungsikan sebagai ruang-ruang terbuka, tempat terjadinya segala aktivitas manusia. Di sekitar jalur sirkulasi, dibangunlah tempat-tempat duduk sederhana dengan finishing adukan semen biasa dengan peneduhnya yang menggunakan pergola. Tempat ini juga memiliki fasilitas hotspot sehingga mayoritas orang-orang yang duduk di tempat ini selain hanya menunggu, juga dapat menikmati fasilitas layanan internet tersebut.

Plaza utama taman Ganesha terletak tepat di bagian tengahnya. Plaza ini menjadi pusat aksis dari taman Ganesha. Di tempat inilah sebagian besar kegiatan formal dilakukan. Beberapa contohnya seperti acara pelatihan manasik haji, perlombaan anak-anak, talkshow, dan lain sebagainya. Dalam kesehariannya, plaza ini jarang difungsikan untuk kegiatan-kegiatan informal. Hal ini terjadi karena letaknya yang berada di tengah taman sehingga tidak terjangkau oleh keteduhan pohon-pohon rindang yang ada di taman tersebut. Oleh karena itu, daerah tengah ini menjadi cukup terik di siang hari. Selain itu, plaza tengah ini lebih sering dijadikan sebagai jalur sirkulasi oleh para penggunannya, sehingga tidak mungkin jika ingin mengadakan kegiatan informal yang hening tanpa gangguan di sini.

Sungguh banyak aktivitas yang bisa dilakukan di taman Ganesha dari pagi hingga sore hari. Namun, tidak begitu kondisinya jika aktivitas tersebut dilakukan di malam hari. Taman Ganesha dengan segala elemen fisiknya yang estetis dan memuaskan visual, justru menjadi tidak berguna kala di malam hari. Penerangan yang tidak mendukung, membuat taman Ganesha seakan-akan mati di malam hari.

Penerangan taman Ganesha sangat minim di malam hari. Hal tersebut membuat taman indah ini tidak pernah digunakan di malam hari. Selain menimbulkan rasa takut di malam hari di taman ini, keamanannya juga tidak bisa dijamin. Fenomena inilah yang sering terjadi di taman-taman yang ada di Indonesia. Sehabis tenggelam matahari, tenggelam pula segala kegiatan di dalam taman. Karena hal ini pula, sering terjadi hal-hal amoral yang tidak diharapkan di taman Ganesha ini. Tanpa penerangan yang mendukung, tidak akan ada aktivitas yang terjadi sesuai dengan fungsi taman seharusnya. Tanpa penerangan yang mendukung, justru akan terjadi aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi dibangunnya taman pada awalnya.

Di tengah segala keindahannya, taman Ganesha ternyata juga termasuk salah satu dari sekian banyak taman yang terlupakan. Apa yang terlupakan? Kekurangan umum dari banyak taman yang ada di Indonesia adalah dari segi kebersihan dan perawatannya (maintenance).

Di salah satu bagian taman Ganesha, terdapat sebuah kolam berbentuk lingkaran yang mengikuti pola bentuk ruang-ruang terbuka di taman Ganesha. Bukannya menambah keindahan dari taman Ganesha, keberadaan kolam ini justru menjadi cermin untuk perawatan taman yang kurang baik. Air kolam yang kotor dan berlumut mengganggu pemandangan visual para pengunjungnya.

Permasalahan lainnya adalah pengelolaan sampah di taman Ganesha. Kesadaran hidup bersih dan teratur belum dimiliki oleh semua orang, sehingga para pengunjung taman cenderung memperlakukan taman sekehendak hatinya. Membuang sampah sembarangan, merusak fasilitas taman, mencorat-coret, dan merusak tanaman-tanaman yang ada di taman. Perilaku pengguna yang tidak bersih dan teratur ini, serta didukung dengan tidak adanya perawatan intensif terhadap taman dari para pengelola ataupun pemiliknya menyebabkan taman Ganesha menjadi taman indah yang terlupakan dari segi perawatan.

Dampak dari hal tersebut baru dirasakan beberapa bulan terakhir ini. Di musim hujan saat ini, ketika setiap hari hujan turun dengan curah yang cukup tinggi, taman Ganesha berubah menjadi danau Ganesha dimana segala elemen fisik nan indah yang dibangga-banggakan itu terendam dan tergenang oleh air kotor. Akumulasi dari perilaku manusia yang sembarangan justru akan mempengaruhi fungsi dan keberlanjutan dari suatu tempat, termasuk paru-paru kota yang terlupakan ini.

~ by Siti Arfah Annisa on October 28, 2010.

Leave a comment