Rest Area sebagai Tempat Wisata

oleh Siti Arfah Annisa

Pendahuluan

Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu kota Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan sekitar 13.000 pulau dan penduduk lebih dari 200 juta jiwa. DKI Jakarta juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan, budaya, olah raga dan kesehatan. Sehingga Provinsi DKI Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia. Letaknya yang strategis di Kepulauan Indonesia, menyediakan layanan angkutan darat, udara dan laut terbaik di Indonesia. Khususnya pada layanan angkutan darat, provinsi DKI Jakarta memiliki banyak jalan tol yang menjadi jalur sentral transportasi yang bertaraf nasional, karena jalur-jalur jalan tol tersebut digunakan pengguna kendaraan bermotor dari dalam maupun luar kota.

Salah satu tol yang terhubung dengan Jakarta adalah tol Cipularang yang menyambungkan Jakarta-Bandung. Jalan tol ini termasuk yang baru dibangun dan masih dalam proses pengembangan. Dahulu, satu-satunya jalur penghubung antara Jakarta dan Bandung adalah melalui Puncak. Pada jalur tersebut, tersedia banyak fasilitas untuk para wisatawan yang berkunjung atau hanya sekadar lewat. Rumah makan, masjid, hotel, villa, pasar, toko-toko souvenir, dan sebagainya. Semuanya terfasilitasi ketika itu. Namun, saat tol Cipularang mulai dibuka, masyarakat mulai berpaling memakai jalur bebas hambatan itu dan melupakan jalan panjang melewati Puncak.

Seiring pertambahan waktu, kebutuhan pengguna jalan akan jalan tol yang semakin meningkat membuat pemerintah melakukan pembangunan jalan tol dan sarana-sarana penunjangnya seperti Rest Area sederhana (kawasan peristirahatan), yang di kemudian hari perkembangan Rest Area pada jalan Tol. Begitupula yang terjadi di jalan tol Cipularang, sudah banyak rest area yang dibangun di tol tersebut. Dan rest area tersebut makin berkembang dari hari ke hari menyesuaikan kebutuhan dari para penggunanya.

 Data Pengguna Rest Area

                Rest area menjangkau segala jenis kalangan. Tak cuma yang berkendaraan pribadi, tetapi juga truk-truk berukuran besar yang merupakan pelintas rutin di jalan tol antarkota ini. Dari segi usia pun, pengguna rest area ini tidak dibatasi, dari mulai anak-anak, remaja, orang dewasa sampai orang tua. Dari segi agama dan kepercayaan pun demikian, mencakup seluruhnya.

                Para pengguna rest area biasanya adalah orang yang ingin mendapatkan kenyamanan dan memenuhi kebutuhannya dalam perjalanan. Jalan tol adalah jalan yang lurus, panjang, dan benar-benar bebas hambatan, sehingga para mengendara mobil mudah merasa bosan dan mengantuk selama perjalanannya, terutama bagi pengemudi. Oleh karena itu, kondisi para pengguna ketika memasuki rest area yaitu mungkin dalam keadaan lelah, mengantuk, lapar, ingin ‘ke belakang’ serta ingin memenuhi kebutuhan pribadi yang lainnya.

                Berdasarkan status sosial, para pengguna rest area dapat didominasi oleh kalangan menengah keatas. Karakter golongan menengah keatas yaitu suka menggunakan uangnya untuk berbagai keperluan pribadi bahkan sampai sesuatu yang tidak dibutuhkannya sekalipun. Selain itu, golongan ini juga lebih menyukai kehidupan metropolis dan modern dibandingkan kehidupan tradisional.

Daftar Kebutuhan Pengguna Rest Area

                Seperti yang sudah dijelaskan di atas, rest area secara umum digunakan untuk keperluan istirahat. Namun, seiring perkembangan waktu, mulai banyak penambahan fungsi-fungsi tertentu di rest area. Berikut daftar kebutuhan pengguna rest area.

1.       Pom Bensin

Kebutuhan inilah yang paling sering menjadi alasan kenapa para pengguna jalan tol tersebut masuk ke dalam rest area. Dari sekian banyak sebab, alasan ini yang membuat pengendara mau tidak mau harus melabuhkan kendaraannya sejenak di rest area.

2.       Rumah Makan

Kebutuhan ini sebenarnya relatif bagi para pengguna jalan tol, terutama pada jalan tol dengan waktu tempuh yang cukup singkat seperti tol Jakarta-Bandung. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan pengguna jalan tol ini datang ke rumah-rumah makan di rest area.

        Pertama, ketika jam-jam makan. Manusia terkadang tidak bisa menahan kebutuhan laparnya, sehingga rumah makan di rest area menjadi cukup padat pengunjung ketika masuk waktu makan.

        Kedua, adalah kondisi ketika para pengunjung rest area tergiur dengan produk-produk makanan dan/atau trademark rumah makan tertentu (misal, franchise yang ternama). Meskipun pada awalnya, pengendara tidak mau berkunjung atau mau berkunjung ke rest area dengan alasan lain, namun daya tarik restoran itu dapat membuat seseorang membutuhkan rumah makan.

3.       Masjid

Masjid merupakan kebutuhan utama bagi umat Islam. Kebutuhan akan masjid pun kondisional karena masjid hanya dipakai ketika memasuki waktu-waktu sholat saja.

4.       Kamar Mandi

Kebutuhan mendasar manusia adalah menggunakan kamar kecil/kamar mandi. Hal yang satu ini adalah sebab yang tidak dapat ditolerir lagi. Dahulu, ketika rest area menjadi sebuah tempat yang langka, banyak para pengguna jalan tol yang dengan terpaksa menghentikan kendaraannya di tepi tol untuk memenuhi kebutuhan ini. Dan, tentu saja hal tersebut akan membawa banyak dampak negatif.

Namun, ketika sudah banyak pembangunan rest area, mereka bisa lebih tenang berkendara dan tidak khawatir memikirkan tempat pemberhentian. Kasus seperti dulu pun sudah jarang terjadi lagi.

5.       Tempat Perbelanjaan

Ini merupakan kebutuhan baru yang dihadirkan di rest area. Sasarannya adalah kalangan menengah ke atas. Pertimbangan yang menjadikan tempat perbelanjaan sebagai suatu kebutuhan bagi para pengguna jalan tol adalah karena biasanya para pengguna tol butuh membeli sesuatu, baik untuk keperluan dirinya sendiri maupun sebagai souvenir untuk orang lain.

6.       Tempat Istirahat

Sesuai dengan namanya, rest area berfungsi sebagai tempat istirahat. Istirahat yang dimaksud mencakup segala bentuk. Apakah hanya meregangkan otot atau sampai tidur untuk melepas kanuk.

7.       Refreshing

Ini adalah kebutuhan tambahan bagi pengendara. Kebutuhan akan refreshing didasari karena selain membutuhkan istirahat, terkadang pengendara juga butuh me-refresh pikiran dan tubuhnya kembali di sela-sela perjalanan panjangnya.

Data Karakter Lokasi Rest Area

Sejak diresmikan tahun lalu, animo masyarakat untuk menggunakan jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) sangat besar. Jalan ini menjadi favorit karena merupakan jalur pintas dari Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya. Berbeda dengan jalan tol lainnya, Cipularang memiliki ciri tersendiri. Karakter jalanannya bervariasi: menurun sangat panjang, menanjak atau menikung.

Permukaan tol Cipularang terdiri dari jalan berlapis rigid beton dan aspal. Pada permukaan beton, biasanya daya cengkram ban kurang kuat. Ditambah lagi jika permukaan jalan berembun dan berlumut, maka akan sangat licin. Dan jika tergelincir, mobil akan lebih mudah terbalik. Sedangkan jalan dengan permukaan aspal halus membuat ban akan mencengkram dengan baik. Dalam cuaca panas, daya lekat ban pada aspal akan semakin bagus. Bagi pengemudi yang akan melalui tol cipularang harus mengenal karakter jalan. Dengan begitu, Anda akan menjadi lebih sigap dalam mengendalikan kendaraan. Karakter tol Cipularang adalah sebagai berikut,

1.       Jalan bergelombang

2.       Lapisan permukaan jalan bisa berbeda tiap meter dan berdekatan

3.       Waspadai jalan menurun secara terus menerus dari arah Bandung-Jakarta

4.       Banyak jalan menikung yang berbahaya dengan rambu yang berdekatan

5.       Pada saat menanjak, di arah Jakarta-Bandung masih banyak pengemudi yang belum disiplin dan menyusul dari bahu jalan

6.       Pada saat hujan dan berkabut, jarak pandang ke depan sangat terbatas.

Cipularang terkenal dengan panoramanya yang masih hijau dan asri.

panorama-cipularang

Potensi ini dapat dimanfaatkan menjadi suatu rest area yang menarik bagi para pengendara di jalan tol Cipularang. Dengan adanya daya tarik visual, pengunjung akan lebih tertarik dan nyaman mengunjungi rest area.

Masalah Pembangunan Rest Area

Memacu mobil di jalan tol tentu merupakan kenikmatan tersendiri bagi pengemudi yang hobi berkendaraan dengan kecepatan tinggi. Apalagi bila ditambah dengan pemandangan indah di sebelah kiri dan kanan jalan. Di sepanjang ruas Sadang- Padalarang Barat juga terhampar panorama alam yang hijau. Di ruas itu para penumpang bisa menikmati pemandangan hamparan kebun teh di lembah dan bukit. Namun, pengemudi mobil hendaknya tidak terpancing untuk melirik ke panorama alam yang indah itu karena akan mengganggu konsentrasi.

Permasalahan pertama yaitu tiga tempat peristirahatan untuk tol Cipularang dinilai sudah terlalu banyak. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 mengenai Jalan Tol, setiap 50 km, minimal terdapat satu tempat peristirahatan.

Permasalahan lain yang cukup terasa yaitu keberadaan rest area juga menyebabkan kemacetan di jalan tol. Karena jumlah rest area makin bertambah, maka makin banyak titik di jalan tol yang melambat dan terkadang menyebabkan kemacetan.

Selain itu, di sebagian besar lokasi yang ada masih belum terlihat lahan yang dialokasikan untuk masyarakat setempat yang mungkin saja bisa menjajakan hasil bercocoktanamnya atau hasil home industry-nya. Padahal, keberadaan rest area dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi para masyarakat sekitarnya untuk dapat menjajakan hasil produksinya.

Sungguh jauh berbeda tempat peristirahatan di sepanjang Jalan Trans Malaysia dengan apa yang ada di Indonesia. Khusus untuk penjual buah- buahan atau hasil home industry, mereka mendapat tempat tersendiri tanpa warganya merasa terpinggirkan.

Namun bukan hanya sebatas disiapkan lahannya saja. Masalah kebersihan juga menjadi tanggung jawab mereka yang memiliki kegiatan di areal peristirahatan, termasuk warga setempat. Itu sebabnya kita akan merasa iri dengan apa yang dapat dilihat di salah satu tempat peristirahatan di Trans Malaysia, seperti di Ayer Keroh misalnya. Di sana semuanya tertata rapi, mulai dari tempat parkir kendaraan yang dipisahkan antara sepeda motor dan jenis angkutan lainnya. Toiletnya pun dindingnya tidak penuh hingga ke atap. Tinggi dindingnya mungkin hanya dibuat setinggi 2,10 meter atau lebih sedikit. Dengan demikian, udara dari pepohonan di sekitarnya juga bisa membantu menghilangkan bau tidak enak dari tempat bersangkutan

Konsep Desain Rest Area

                Berdasarkan analisis terhadap karakter pengguna, kebutuhan customer, karakter lokasi, dan masalah desain interior yang dihadapi, maka penulis mencoba menawarkan solusi kosep desain untuk menjadikan rest area sebagai tempat wisata.

                Permasalahan jumlah rest area yang dinilai terlalu banyak, dapat diatasi dengan membangun rest area tunggal di lokasi yang paling strategis di antara jalur tol Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Hal ini juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan karena banyaknya rest area di tiap titik tol. Konsep menjadikan rest area sebagai tempat wisata didasari dari beberapa aspek yaitu,

1.       Potensi Panorama di Cipularang

Potensi panorama ini dapat dimanfaatkan untuk sebagai aspek fungsional maupun citra ruang untuk pembangunan rest area. Secara fungsional, keberadaan rest area berfungsi sebagai tempat istirahat, melepas lelah dan refreshing. Dengan adanya pemanfaatan terhadap panorama alam yang masih asri, maka kebutuhan para penggunanya akan mendapatkan nilai plus akan kenyamanannya.

Secara citra ruang pun demikian. Selama ini, rest area kebanyakan hanya dikenal sebagai tempat istirahat biasa tanpa ada nilai tambah yang membuatnya menarik untuk dikunjungi. Untuk dapat mengubah citra masyarakat yang seperti itu, harus dibangun kembali paradigma yang baru. Salah satu jalannya adalah dengan mengubah fungsi dan memanfaatkan potensi yang tersedia untuk membangun rest area.

2.       Kebutuhan Pengguna Rest Area yang Semakin Berkembang

Pada awalnya, membuat rest area cukup hanya dengan membangun kamar kecil, bengkel, pom bensin dan rumah makan seadanya saja. Namun, sifat dasar manusia yang tidak pernah puas menyebabkan pembangunan rest area dari hari ke hari semakin maju dengan penambahan di sana sini.

Untuk itu, konsep desain rest area sebagai tempat wisata ini pun memanfaatkan aspek ini agar fungsi-fungsinya dapat memenuhi kebutuhan para pengguna (kebutuhan tercantum pada penjelasan mengenai daftar kebutuhan pengguna rest area). Dengan diaplikasikannya hal tersebut, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik seperti ketika jalur Jakarta-Bandung masih melalui Puncak.

3.       Peluang Lapangan Kerja bagi Masyarakat Setempat

Konsep lain yang ditawarkan adalah pemberdayaan potensi masyarakat sekitar tol Cipularang untuk bekerja di rest area, baik sebagai karyawan maupun pedagang. Suatu tempat wisata harus turut memajukan lingkungan sekitarnya dalam rangka membangun kesejahteraan seluruh masyarakat. Secara teknis, penerapan ini memiliki banyak jalan yang dapat ditempuh dan diaplikasikan. 

 

Daftar Pustaka

http://www.garisarsitektur.com/

http://imantri.blogspot.com/

http://www.kompas.com/

~ by Siti Arfah Annisa on February 17, 2009.

One Response to “Rest Area sebagai Tempat Wisata”

  1. Salam Real….kami dari komunitas Real ( Rest Area Lovers ) yang merupakan kumpulan pengguna dan pecinta rest area bermaksud men copast tulisan ini dengan harapan dapat menambah pengetahuan teman2 tentang rest area….kami juga mengundang bapak / ibu untuk ikut dalam komunitas ini…saat ini kami baru membuka fan page di FB….search Komunitas Real…..terima kasih

Leave a comment